Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.
Kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut
(John C. Maxwell). Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke
orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau
organisasi.
Seorang pemimpin harus mempunyai keahlian
dan pengetahuan yang sangat luas yang diperoleh melalui pengembangan diri. Pengembangan
diri ini menghasilkan keterampilan-keterampilan seperti keterampilan teknis,
keterampilan manajemen sumber daya manusia, dan
keterampilan konseptual. Kepemimpinan
adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau
tidak mengerjakansesuatu. Jika
semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut
daripada nya kemampuan berfikir secara konsepsional, strategis dan makro. Semakin
tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia akan semakin generalist, dan
semakin besar tanggung jawab terhadap suatu kelompok atau organisasi yang dia tangani, sedangkan semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka dia menjadi
spesialist.
Tipe-Tipe Kepemimpinan
Dalam tipe-tipe kepemimpinan terdapat 6 macam tipe, yaitu:
1. Tipe Otokratis
Ciri-cirinya antara lain:
a. Mengandalkan kepada kekuatan/ kekuasaan.
b. Menganggap dirinya paling berkuasa.
c. Keras dalam mempertahankan prinsip.
d. Jauh dari para bahawan.
e. Perintah diberikan secara paksa.
2. Tipe Laissez Faire
Ciri-ciri antara lain:
a. Memberi kebebasan kepada para bawahan.
b. Pimpinan tidak terlibat dalam kegiatan.
c. Semua pekerjaan dan tanggung jawab dilimpahkan kepada bawahan.
d. Tidak mempunyai wibawa.
e. Tidak ada koordinasi dan pengawan yang baik.
3. Tipe Paternalistik
Ciri-ciri antara lain:
a. Pemimpin bertindak sebagai bapak.
b. Memperlakuakn bawahan sebagai orang yang belum dewasa.
c. Selalu memberikan perlindungan.
d. Keputusan ada ditangan pemimpin.
4. Tipe Militerlistik
Ciri-ciri antara lain:
a. Dalam komunikasi menggunakan saluran formal.
b. Menggunakan sistem komando/ perintah.
c. Segala sesuatu bersifat formal.
d. Disiplin yang tinggi, kadang bersifat kaku.
5. Tipe Demokratis
Ciri-ciri antara lain:
a. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi.
b. Bersifat terbuka.
c. Bawahan diberi kesempatan untuk memberi saran dan ide-ide baru.
d. Dalam pengambilan keputusan utamakan musyawarah untuk mufakat.
e. Menghargai potensi individu.
6. Tipe Open Leadership
a. Mengandalkan kepada kekuatan/ kekuasaan.
b. Menganggap dirinya paling berkuasa.
c. Keras dalam mempertahankan prinsip.
d. Jauh dari para bahawan.
e. Perintah diberikan secara paksa.
2. Tipe Laissez Faire
Ciri-ciri antara lain:
a. Memberi kebebasan kepada para bawahan.
b. Pimpinan tidak terlibat dalam kegiatan.
c. Semua pekerjaan dan tanggung jawab dilimpahkan kepada bawahan.
d. Tidak mempunyai wibawa.
e. Tidak ada koordinasi dan pengawan yang baik.
3. Tipe Paternalistik
Ciri-ciri antara lain:
a. Pemimpin bertindak sebagai bapak.
b. Memperlakuakn bawahan sebagai orang yang belum dewasa.
c. Selalu memberikan perlindungan.
d. Keputusan ada ditangan pemimpin.
4. Tipe Militerlistik
Ciri-ciri antara lain:
a. Dalam komunikasi menggunakan saluran formal.
b. Menggunakan sistem komando/ perintah.
c. Segala sesuatu bersifat formal.
d. Disiplin yang tinggi, kadang bersifat kaku.
5. Tipe Demokratis
Ciri-ciri antara lain:
a. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi.
b. Bersifat terbuka.
c. Bawahan diberi kesempatan untuk memberi saran dan ide-ide baru.
d. Dalam pengambilan keputusan utamakan musyawarah untuk mufakat.
e. Menghargai potensi individu.
6. Tipe Open Leadership
Tipe ini hampir sama dengan tipe demokratis, Perbedaannya terletak dalam hal pengambilan keputusan, dalam tipe ini keputusan ada ditangan pemimpin.
Teori Kepemimpinan
Teori Kepemimpinan
Ada beberapa teori tentang kepemimpinan secara umum adalah sebagai
berikut: menurut Wursanto (2004:197) mengatakan bahwa:
“Ada enam teori kepemimpinan, yaitu teori kelebihan, teori sifat, teori keturunan, teori kharismatik, teori bakat, dan teori social”.
1. Teori Kelebihan
Bedasarkan teori kelebihan diatas
dapat di simpulkan bahwa seseorang yang menjadi pemimpin harus memiliki
sifat-sifat yang lebih dari para pengikutnya agar mampu menjadi panutan dan
teladan baik secara kelebuhan ratio, kelebihan rohaniah, dan kelebihan
badaniah.
2. Teori Sifat
Teori ini menyatakan bahwa seseorang
yang dapat menjadi pemimpin yang baik, apabila memiliki sifat-sifat yang lebih
dari pada orang-orang yang dipimpinya, jika kita lihat pada dasarnya sama
dengan teori kelebihan. Seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat
positif, misalnya:, adil, suka melindungi, penuh percaya diri, mempunyai daya
tarik, energik, persuasif komunikatif dan kreatif. (Wursanto,2003:198).
3. Teori Keturunan
Menurut Wursanto (2003:199)
mengatakan bahwa:
“Yang menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena keturunan atau warisan, karena orang tuanya seorang pemimpin maka anaknya otomatis akan menjadi pemimpin mengantikan orang tuanya, seolah-olah seseorang menjadi pemimpin karena ditakdirkan”
4. Teori Kharismatis
Menurut
Wursanto (2003:199) mengatakan bahwa:
"Menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena mempunyai karisma (pengaruh) yang sangat besar. Karisma itu di peroleh dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam hal ini ada suatu kepercayaan masyarakat bahwa orang itu adalah pancaran zat tunggal, sehingga diangap mempunyai kekuatan gaib (supranatural/power). Pemimpin yang bertife kharismatik biasanya memiliki daya tarik kewibawaan da pengaruh yang sangat besar."
5. Teori Bakat
Menurut
teori ekologis, menyatakan bahwa:
“Pemimpin itu lahir karena bakatnya”. Hal ini harus di kembangkan secara terus-menerus, misalnya dengan memberikan kesempatan kepada orang tersebut menduduki suatu jawabatan" (Wursanto, 2003:200).
6. Teori Sosial
Menurut Wursanto (2003:200)
mengatakan bahwa:
“Pada dasaranya setiap orang dapat menjadi pemimpin”. Setiap orang mempunyai bakat menjadi pemimpin asal dia diberikan kesempatan. Setiap orang dapat didik menjadi pemimpin karena masalah kepemimpinan dapat di pelajari, baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman praktek."
Kasus Kepemimpinan
KASUS-5 "Kehilangan Kursi"
Sebuah
organisasi manufakturing yang mempunyai karyawan sekitar 270 orang
mempekerjakan seorang manajer pabrik baru dengan maksud untuk mengurangi
biaya-biaya produksi, meningkatkan kualitas produk, dan memperbaiki
produktifitas karyawan. Pekerjaan adalah melelahkan dan kondisi-kondisi
pekerjaan sangat tidak menyenangkan. Ini terutama disebakan oleh panas
dan debu yang ditimbulkan dalam proses produksi. Hari kerja dibagi
menjadi 3 shift, dimana lama waktu setiap shift adalah 8 jam, tanpa
waktu makan yang ditetapkan secara eksplisit. Para karyawan biasanya
membeli makan dan minuman dari warung-warung dari sekitar pabrik dan
minum atau makan sambil bekerja. Teknisi keamanan pabrik mengemukakan
bahwa gang-gang yang digunakan untuk lalu lintas truk-truk pengangkut
barang sering terhambat atau terganggu oleh lalu lalang para karyawan
yang memerlukan dan membeli minuman dan makanan. Manajer baru mengambil
keputusan untuk membangun sebuah cafetaria untuk mengurangi bahaya
keamanan ini dan untuk memberikan kepada karyawan sebuah tempat makan
jauh dari proses produksi yang tidak meyenangkan.
PERTANYAAN
Apa kesalahan-kesalahan pokok yang dibuat manejemen dalam proses perubahan tersebut? Jelaskan!
ANALISIS KASUS
1. Kesalahan pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat
Pembagian waktu kerja untuk para karyawan pada kasus diatas seharusnya harus ditetapkan secara jelas dan nyata. Dengan menerapkan jam/waktu kerja secara jelas dan nyata, tujuan organisasi manufakturing diatas untuk meningkatkan kualitas produk dan memperbaiki produktifitas karyawan dapat terpenuhi.
Pada kasus diatas, waktu makan yang ditetapkan secara implisit meneyebabkan pro duktifitas dan kualitas karyawan menjadi labil. Karena tidak ada kejelasan waktu bekerja. Para karyawan dapat mondar-mandir dari pabrik ke warung-warung sekitar pabrik dengan bebasnya untuk membeli makanan dan minuman, lalu makanan dan minuman tersebu dapat disantap saat bekerja. Tentu hal ini mengurangi fokus dan kualitas karyawan dalam melakukan pekerjaan yang dimana manajer baru ini dituntut untuk memperbaiki kualitas dan produktifitas karyawan. Maka diperlukan pengaturan waktu bekerja dengan waktu istirahat secara eksplisit.
Dengan hari kerja yang dibagi menjadi 3 shift dimana lama waktu setiap shift adalah 8 jam, waktu bekerja harus seoptimal mungkin diciptakan dengan waktu istirahat. Yaitu dengan membuat 2 kali waktu istirahat dengan rentang waktu istirahat pertama 10 menit. Dan rentang waktu istirahat kedua 20 menit. Setelah waktu bekerja 2 jam pertama, karyawan diberi waktu 10 menit untuk keluar membeli makanan dan minuman untuk sesi istirahat pertama dan juga bisa untuk membeli makanan untuk sesi istirahat kedua sehinggakaryawan tidak perlu mondar-mandir ke warung. Dan juga waktu istirahat harus disesuaikan dengan waktu lalu-lintas truk-truj pengangkut barang agar tidak menghambat lalu lalang karyawan.
2. Membuat "Cafetaria" tanpa Meminta Pendapat dari Karyawan
Pembangunan cafetaria ini sangat tidak efisien dan efektif bila dilihat dari tujuan awal organisasi dengan menunjuk manajer baru untuk mengurangi biaya-biaya produksi. Dengan membangun cafetaria, mungkin si manajer baru ini mempunyai itikad baik untuk mengoptimalisasi waktu kerja karyawan dengan menyediakan tempat istirahat. Tetapi tanpa adanya pengawasan dari organisasi terhadap karyawan, karyawan akan merasa diberi kebebasan untuk mengambil waktu istirahat lebih karena seperti yang telah diungkapkan diatas, tidak ada pengaturan waktu kerja secara eksplisit. Malah akan memperburuk waktu kerja karyawan dan menyebabkan penuruna kualitas kerja dan produktifitas karyawan.
Manajer baru ini sepertinya menganut tipe kepemimpinan campuran antara tipe Otokritas dan tipe Laissez Faire. Karena manajer ini tidak menggunakan tipe kepemimpinan demokratis yang dimana dalam tipe demokratis ini, pemimpin harus bersifat terbuka dan mengambil keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat dari saran-saran dan ide-ide karyawan. Manajer baru ini jauh dari bawahan dan memperi perintah secara paksa. Tidak mempunyai wibawa dan tidak ada koordinasi dan pengawasan yang baik.