, 2015 | DHANDY YUSUF SAHYADI | BLOG
Floating Right

Sistem Terdistribusi - Exercise

 

EXERCISE 2.18 

 

Question: 

Describe possible occurrences of each of the main types of security threat (threats to processes, threats to communication channels, denial of service) that might occur in the Internet.


 

Answer:

Threats to processes: without authentication of principals and servers, many threats exist. An enemy could access other user’s files or mailboxes, or set up ‘spoof’ servers. E.g. a server could be set up to ‘spoof’ a bank’s service and receive details of user’s financial transactions.

Threats to communication channels: IP spoofing - sending requests to servers with a false source address, man-in-the-middle attacks.

Denial of service: flooding a publicly-available service with irrelevant messages.
 

Bahasa Indonesia 2 - Paragraf Deduktif, Induktif dan Campuran (Upload Ulang)

P A R A G R A F
P E N G E R T I A N    P A R A G R A F
Paragraf... beberapa tulisan yang pernah anda tulis pasti terdiri dari paragraf-paragraf yang tergabung membentuk suatu teks/tulisan.  Paragraf-paragraf terdiri dari kumpulan kalimat-kalimat. Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan paragraf? Menurut pendapat dari Sabati Akhadiah, Maidar G. Arsjad, Sakura H. Ridwan, 1988 :144, paragraf atau alinea adalah:

“Alenia atau paragraph merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan”

Jadi, Paragraf adalah rangkaian kalimat yang disusun secara sistematis dan logis sehingga membentuk kesatuan pokok bahasan. Sementara itu, pengertian lain mengenai paragraf adalah satuan bahasa yang mengundang ide untuk mengunkapkan buah pikiran yang dapat berupa satu atau beberapa kalimat. 

Berdasarkan letak kalimat utamanya, paragraf dibedakan menjadi paragraf deduktif, induktif, dan campuran (deduktif-induktif) dan ineratif.

P A R A G R A F     D E D U K T I F
P E N G E R T I A N    P A R A G R A F     D E D U K T I F
Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utama (berupa pernyataan umum) terletak di awal selanjutnya diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas. Polanya yaitu umum-khusus.

K A R A K T E R I S T I K    P A R A G R A F     D E D U K T I F
Paragraf deduktif disusun mengikuti pola penalaran deduktif, yaitu penguraian ke dalam bukti, fakta, data empirirs khusus dari sebuah kesimpulan umum yang disajikan. Dengan demikian, penyajian paragraf diawali dengan sebuah kalimat berisi kesimpulan umum untuk diuraikan, dijelaskan, atau dibuktikan dalam kalimat penjelasnya  yang bersifat khusus. 

Berdasarkan sifat kalimat penjelasnya paragraf deduktif dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
a. Paragraf Contoh,
b. Paragraf Rincian, dan
c. Paragraf Alasan.

C O N T O H    P A R A G R A F     D E D U K T I F
Di zaman sekarang anak-anak dan remaja lebih hafaldan akrab dengan budaya luar negeri. Anak-anak sangat familiar dengan cerita Tom and Jerry, Spongebob, Naruto, Avatar (the legend of Ang), serial Barbie, dan cerita lainnya yang biasa disajikan oleh media televisi. Begitu juga para remaja yang lebih menggemari cerita serial Harry Potter, Batman, Spiderman, daripada cerita daerah seperti Ande-ande Lumut, Timun Mas, Roro Jonggrang, dan sebagainya. Dalam hal permainan saja mereka lebih mengenal UNO, puzzle, dan game-game lain dari komputer atau PS daripada permainan daerah semisal gobak sodor, engklek, gundu, dakonan, dalainnya.

P A R A G R A F     I N D U K T I F
P E N G E R T I A N    P A R A G R A F     I N D U K T I F
Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utama (berupa pernyataan umum) terletak di akhir, diawali kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri kalimat utama. Polanya khusus umum, kalimat terakhir berupa kesimpulan yang dapat ditandai dengan kata penghubung jadi, memang, dengan demikian, oleh karena itu, akibatnya, atau begitulah.

K A R A K T E R I S T I K    P A R A G R A F     I N D U K T I F
Paragraf deduktif disusun mengikuti pola penalaran induktif, yaitu pengambilan kesimpulan yang bersifat umum berdasarkan bukti, data, dan fakta yang bersifat khusus. Penyajian paragraf diawali dengan kalimat penjelas berisi bukti, data, dan fakta khusus diakhiri dengan kalimat utama atau kesimpulannya.
Paragraf digolongkan menjadi tiga, yaitu:
a. Paragraf Generalisasi,
Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.

Contoh :
Setelah karangan anak-anak kelas 3 diperiksa, ternyata Ali, toto, Alex, dan Burhan mendapat nilai 8. Anak-anak yang lain mendapat 7. Hanya Maman yang 6, dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Boleh dikatakan, anak kelas 3 cukup pandai mengarang.
b. Paragraf Analogi,
Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan.

Contoh :

Sifat manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang luas. Ketika manusia itu meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya akan menjadi rendah hati dan dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin merunduk. Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak.
c. Paragraf Sebab Akibat.
Paragraf hubungan sebab akibat adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.

Contoh :

Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.

C O N T O H    P A R A G R A F     I N D U K T T F
Tidak dipungkiri fenomena yang sekarang berkembang adalah anak-anak yang lebih familiar dengan cerita Tom and Jerry, Spongebob, Naruto, Avatar (the legend of Ang), serial Barbie, dan cerita lainnya yang biasa disajikan oleh media televisi. Begitu juga para remaja yang lebih menggemari cerita serial Harry Potter, Batman, Spiderman, daripada cerita daerah seperti Ande-ande Lumut, Timun Mas, Roro Jonggrang, dan sebagainya. Dalam hal permainan saja mereka lebih mengenal UNO, puzzle, dan game-game lain dari komputer atau PS daripada permainan daerah semisal gobak sodor, engklek, gundu, dakonan, dan lainnya. Gejala ini menunjukkan bahwa budaya luar menjadi kiblat dan semakin akrab pada anak dan remaja sekarang ini.

P A R A G R A F     D E D U K T I F  -  I N D U K T I F     ( C A M P U R A N )
P E N G E R T I A N    P A R A G R A F    D E D U K T I F  -  I N D U K T I F     ( C A M P U R A N )
Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang dimulai dari peryantaan yang bersifat umum disusul dengan pernyataan yang bersifat khusus dan dikahiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Letak kalimat utama paragraf ini ada di awal dan di akhir paragraf. Pola paragraf ini adalah umum-khusus-umum. Kalimat utama yang ada di akhir paragraf bersifat penegasan kembali dengan susunan kalimat yang agak berbeda.

C O N T O H    P A R A G R A F    D E D U K T I F  -  I N D U K T I F     ( C A M P U R A N )
Di zaman sekarang anak-anak dan remaja lebih hafal dan akrab dengan budaya luar negeri. Anak-anak sangat familiar dengan cerita Tom and Jerry, Spongebob, Naruto, Avatar (the legend of Ang), serial Barbie, dan cerita lainnya yang biasa disajikan oleh media televisi. Begitu juga para remaja yang lebih menggemari cerita serial Harry Potter, Batman, Spiderman, daripada cerita daerah seperti Ande-ande Lumut, Timun Mas, Roro Jonggrang, dan sebagainya. Dalam hal permainan saja mereka lebih mengenal UNO, puzzle, dan game-game lain dari komputer atau PS daripada permainan daerah semisal gobak sodor, engklek, gundu, dakonan, dan lainnya. Hal ini yang menjadikan semakin terdesaknya budaya lokal di kalangan anak bangsa.


P A R A G R A F     I N E R A T I F
P E N G E R T I A N    P A R A G R A F     I N E R A T I F
Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya berada di tengah paragraf. Paragraf ineratif diawali dengan gagasan penjelas sebagai pengantar, kemudian disajikan gagasan utama sebagai puncaknya. Setelah itu, masih ditambahkan gagasan penjelas. Oleh karena itu tergolong unik, paragraf ineratif jarang ditemukan.

C O N T O H    P A R A G R A F     I N E R A T I F 
Bencana gempa bumi dan tsunami melanda Aceh. Selain itu, gempa bumi juga melanda Kota Yogyakarta dan beberapa kota lainnya. Banjir juga terjadi di Kota Jakarta. Beberapa kapal tenggelam dan hilang di perairan. Kecelakaan pesawat juga terjadi di beberapa tempat. Indonesia memang sedang ditimpa banyak musibah dan bencana. Bencana- bencana tersebut menelan korban, baik harta maupun jiwa. Berbagai bencana atau musibah yang berkaitan dengan virus penyakit juga melanda dan menelan korban yang tidak sedikit.

D A F T A R    P U S T A K A:
[1] Ismail Kusmayadi, Think Smart Bahasa Indonesia untuk Kelas X SMA/MA; Fathrah Hasanah (ed.) -Ed.1 -Cet.1 -Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008.
 [2] Ismail Kusmayadi, Be Smart Bahasa Indonesia untuk Kelas X SMA/MA; Fathrah Hasanah (ed.) -Ed.1 -Cet.1 -Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008.

[3] Dewi Rahma, Alinea atau Paragraf. Link:   

[4] Nadira Widya Wijaya, Paragraf Deduktif dan Induktif. Link:

[5] Sri Sutarni S,Pd, Drs. Sukardi M,Pd, Bahasa Indonesia 2, SMA Kelas XI, Penerbit Quadra
 

Tugas #11 - Konvensi Naskah

Konvensi naskah adalah penulisan sebuah naskah berdasarkan ketentuan, aturan yang sudah lazim, dan sudah disepakati serta menuntut suatu persyaratan lain seperti persyaratan formal yang meliputi bagian-bagian pelengkap dan kebiasaan-kebiasaan yang harus diikuti dalam dunia penulisan; bagaimana supaya bentuk atau wajah dari karangan itu kelihatan tampak lebih indah dan menarik.

Dari segi persyaratan formal ini, dapat dibedakan lagi karya yang dilakukan secara formal, semi-formal, dan non-formal. Yang dimaksud dengan formal adalah bahwa suatu karya memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut oleh konvensi. Sebaliknya, semi-formal yaitu bila sebuah karangan tidak memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut konvensi. Sedangkan non-formal yaitu bila bentuk sebuah karangan tidak memenuhi syarat-syarat formalnya.

Dalam pembuatan naskah yang baik tergantung dari kerangka karangan yang telah digarap sebelumnya, beserta perincian-perinciannya yang telah dilakukan kemudian. Perincian dari kerangka karangan akan menghasilkan suatu bab-bab dan sub-sub bab. Dari bab-bab dan sub-sub bab ini akan menghasilkan pokok-pokok pikiran atau gagasan utama dalam sebuah paragraf atau alinea.
Dalam pembuatan naskah yang baik juga kita harus memperhatikan struktur kalimat dan pilihan kata (diksi) yang dibuat sedemikian rupa, sehingga apa yang kita tulis itu jelas, teratur dan menarik.

Persyaratan formal (bentuk lahiriah) yang harus dipenuhi sebuah karya menyangkut tiga bagian utama, yaitu: Bagian pelengkap pendahuluan, isi karangan, dan bagian pelengkap penutup. 

U N S U R - U N S U R     D A L A M     P E N U L I S A N     K A R A N G A N

A. Bagian Pelengkap Pendahuluan 
  1. Judul Pendahuluan (Judul Sampul)
  2. Halaman Judul
  3. Halaman Persembahan (kalau ada)
  4. Halaman Pengesahan (kalau ada)
  5. Kata Pengantar
  6. Daftar Isi
  7. Daftar Gambar (kalau ada)
  8. Daftar Tabel (kalau ada)

B. Bagian Isi Karangan 
  1. Pendahuluan
  2. Tubuh Karangan
  3. Kesimpulan

C. Bagian Pelengkap Penutup 
  • Daftar Pustaka (Bibliografi)
  • Lampiran (Apendix)
  • Indeks
  • Riwayat Hidup Penulis

B A G I A N     P E L E N G K A P      P E N D A H U L U A N

Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik.
A.   J U D U L     P E N D A H U L U A N     ( J U D U L     S A M P U L )    D A N     H A L A M A N     J U D U L
Judul pendahuluan adalah nama karangan. Halaman judul pendahuluan tidak mengandung apa-apa kecuali mencantumkan judul karangan atau judul buku. Judul karangan atau judul buku ditulis dengan huruf kapital. Biasanya letaknya di tengah halaman agak ke atas. Namun, variasi-variasi lain memang kerap sekali dijumpai. 
Dalam pembuatan sebuah makalah atau skripsi, halaman judul mencantumkan nama karangan, penjelasan adanya tugas, nama pengarang (penyusun), kelengkapan identitas pengarang (nomor induk/registrasi, kelas, nomor absen), nama unit studi (unit kerja), nama lembaga (jurusan, fakultas, unversitas), nama kota, dan tahun penulisan.
Untuk memberikan daya tarik pembaca, penyusunan judul perlu memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:
  • Judul menggambarkan keseluruhan isi karangan.
  • Judul harus menarik pembaca baik makna maupun penulisannya.
  • Sampul: nama karangan, penulis, dan penerbit.
  • Halaman judul: nama karangan, penjelasan adanya tugas, penulis, kelengkapan identitas pengarang, nama unit studi, nama lembaga, nama kota, dan tahun penulisan (dalam pembuatan makalah atau skripsi).
  • Seluruh frasa ditulis pada posisi tengah secara simetri (untuk karangan formal), atau model lurus pada margin kiri (untuk karangan yang tidak terlalu formal).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan makalah atau skripsi pada halaman judul:

A. Judul diketik dengan huruf  kapital, misalnya: 
UPAYA MENGATASI KEBODOHAN PADA
MASYARAKAT PEMUKIMAN KUMUH
DI DKI JAKARTA

B. Penjelasan tentang tugas disusun dalam bentuk kalimat, misalnya: 
Makalah ini Disusun untuk Melengkapi Ujian Akhir
Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester Ganjil 2009
Atau
Skripsi ini Diajukan untuk Melengkapi Ujian Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

C. Nama penulis ditulis dengan huruf kapital, di bawah nama dituliskan Nomor Induk Mahasiswa   (NIM), misalnya:  
IMELDA RICKY AYU DIBYANTO
13111548
D. Logo universitas untuk makalah, skripsi, tesis, dan disertasi; makalah ilmiah tidak diharuskan menggunakan logo. 

E. Data institusi mahasiswa mencantumkan program studi, jurusan, fakultas, unversitas, nama kota, dan tahun ditulis dengan huruf kapital, misalnya: 
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2008

Hal-hal yang harus dihindarkan dalam halaman judul karangan formal:
  • Komposisi tidak menarik.
  • Tidak estetik.
  • Hiasan gambar tidak relevan.
  • Variasi huruf jenis huruf.
  • Kata “ditulis (disusun) oleh.”
  • Kata “NIM/NRP.”
  • Hiasan, tanda-tanda, atau garis yang tidak berfungsi.
  • Kata-kata yang berisi slogan.
  • Ungkapan emosional.
  •  Menuliskan kata-kata atau kalimat yang tidak berfungsi.

B. H A L A M A N     P E R S E M B A H A N
Bagian ini tidak terlalu penting. Bila penulis ingin memasukan bagian ini, maka hal itu semata-mata dibuat atas pertimbangan penulis. Persembahan ini jarang melebihi satu halaman, dan biasanya terdiri dari beberapa kata saja, misalnya:
Kutulis novel ini
dengan cahaya cinta
untuk mahar menyunting belahan jiwa,
Muyasaratun Sa’idah binti KH. Muslim Djawahir, alm.
Rabbana hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa
Qurrata a’yuni waj’alnaa lil muttaqiina imaama. Amin.

Bila penulis menganggap perlu memasukkan persembahan ini, maka persembahan ini ditempatkan berhadapan dengan halaman belakang judul buku, atau berhadapan dengan halaman belakang cover buku, atau juga menyatu dengan halaman judul buku.

C. H A L A M A N     P E N G E S A H A N
Halaman pengesahan digunakan sebagai pembuktian bahwa karya ilmiah yang telah ditanda-tangani oleh pembimbing, pembaca/penguji, dan ketua jurusan telah memenuhi persyaratan administratif sebagai karya ilmiah. Halaman pengesahan biasanya digunakan untuk penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, sedangkan makalah ilmiah, dan karangan lainnya (baik non-fiksi maupun fiksi) tidak mengharuskan adanya halaman pengesahan. Penyusunan pengesahan ditulis dengan memperhatikan persyaratan formal urutan dan tata letak unsur-unsur yang harus tertulis di dalamnya.
Judul skripsi seluruhnya ditulis dengan huruf kapital pada posisi tengah antara margin kiri dan kanan. Nama lengkap termasuk gelar akademis pembimbing materi/teknis, pembaca/penguji, dan ketua program jurusan ditulis secara benar dan disusun secara simetri kiri-kanan dan atas-bawah. Skripsi diajukan kepada sidang penguji akademis setelah disetujui oleh pembimbing dan pembaca/penguji. Penulis skripsi dinyatakan lulus jika skripsinya telah diuji di hadapan sidang terbuka/tertutup dan telah ditanda-tangani oleh semua nama yang tercantum dalam halaman pengesahan. Nama kota dan tanggal pengesahan ditulis di atas kata ketua jurusan.

Hal-hal yang harus dihindarkan:
  • Menggaris-bawahi nama dan kata-kata lainnya.
  • Menggunakan titik atau koma pada akhir nama.
  • Tulisan melampaui garis tepi.
  • Menulis nama tidak lengkap.
  • Menggunakan huruf yang tidak standar.
  • Tidak mencantumkan gelar akademis.  

D. K A T A     P E N G A N T A R
Kata pengantar fungsinya sama dengan sebuah surat pengantar. Kata pengantar adalah bagian karangan yang berisi penjelasan mengapa menulis sebuah karangan. Setiap karangan ilmiah, seperti: buku, skripsi, tesis, disertasi, makalah, atau laporan formal ilmiah harus menggunakan kata pengantar. Di dalamnya disajikan informasi sebagai berikut:
  • Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  • Penjelasan adanya tugas penulisan karya ilmiah (untuk skripsi, tesis, disertasi, atau laporan formal ilmiah).
  • Penjelasan pelaksanaan penulisan karya ilmiah (untuk skripsi, tesis, disertasi, atau laporan formal ilmiah).
  • Penjelasan adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari seseorang, sekolompok orang, atau organisasi/lembaga.
  • Ucapan terima kasih kepada seseorang, sekolompok orang, atau organisasi/lembaga yang membantu.
  • Penyebutan nama kota, tanggal, bulan, tahun, dan nama lengkap penulis, tanpa dibubuhi tanda-tangan.
  • Harapan penulis atas karangan tersebut.
  • Manfaat bagi pembaca serta kesediaan menerima kritik dan saran.

Kata pengantar merupakan bagian dari keseluruhan karya ilmiah. Sifatnya formal dan ilmiah. Oleh karena itu, kata pengantar harus ditulis dengan Bahasa Indonesia yang baku, baik, dan benar. Isi kata pengantar tidak menyajikan isi karangan, atau hal-hal lain yang tertulis dalam pendahuluan, tubuh karangan, dan kesimpulan. Sebaliknya, apa yang sudah tertulis dalam kata pengantar tidak ditulis ulang dalam isi karangan.
Hal-hal yang harus dihindarkan:
-          Menguraikan isi karangan.
-          Mengungkapkan perasaan berlebihan.
-          Menyalahi kaidah bahasa.
-          Menunjukkan sikap kurang percaya diri.
-          Kurang meyakinkan.
-          Kata pengantar terlalu panjang.
-          Menulis kata pengantar semacam sambutan.
-          Kesalahan bahasa: ejaan, kalimat, paragraf, diksi, dan tanda baca tidak efektif.
E. D A F T A R     I S I
Daftar isi adalah bagian pelengkap pendahuluan yang memuat garis besar isi karangan ilmiah secara lengkap dan menyeluruh, dari judul sampai dengan riwayat hidup penulis sebagaimana lazimnya sebuah konvensi naskah karangan. Daftar isi berfungsi untuk merujuk nomor halaman judul bab, sub-bab, dan unsur- unsur pelengkap dari sebuah buku yang bersangkutan.
Daftar isi disusun secara konsisten baik penomoran, penulisan, maupun tata letak judul bab dan judul sub-sub bab. Konsistensi ini dipengaruhi oleh bentuk yang digunakan.

F. D A F T A R     G A M B A R
Bila dalam buku itu terdapat gambar-gambar, maka setiap gambar yang tercantum dalam karangan harus tertulis didalam daftar gambar. Daftar gambar menginformasikan: judul gambar, dan nomor halaman.

G. D A F T A R     T A B E L
Bila dalam buku itu terdapat tabel-tabel, maka setiap tabel yang tertulis dalam karangan harus tercantum dalam daftar tabel. Daftar tabel ini menginformasikan: nama tabel dan nomor halaman.
  

B A G I A N     I S I     K A R A N G A N

Bagian isi karangan sebenarnya merupakan inti dari karangan atau buku; atau secara singkat dapat dikatakan karangan atau buku itu sendiri. 
 
A. P E N D A H U L U A N
Pendahuluan adalah bab I karangan. Tujuan utama pendahuluan adalah menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca terhadap masalah yang dibicarakan, dan menunjukkan dasar yang sebenarnya dari uraian itu. Pendahuluan terdiri dari latar belakang, masalah, tujuan pembahasan, pembatasan masalah, landasan teori, dan metode pembahasan. Kesuluruhan isi pendahuluan mengantarkan pembaca kepada materi yang akan dibahas, dianalisis-sintesis, dideskripsi, atau diuraikan dalam bab kedua sampai bab terakhir.
Untuk menulis pendahuluan yang baik, penulis perlu memperhatikan pokok-pokok yang harus tertuang dalam masing-masing unsur pendahuluan sebagai berikut:

1. Latar Belakang Masalah, menyajikan: 
  • Penalaran (alasan) yang menimbulkan masalah atau pertanyaan yang akan diuraikan jawabannya dalam bab pertengahan antara pendahuluan dan kesimpulan dan dijawab atau ditegaskan dalam kesimpulan. Untuk itu, arah penalaran harus jelas, misalnya deduktif, sebab-akibat, atau induktif.
  • Kegunaan praktis hasil analisis, misalnya: memberikan masukan bagi kebijakan pimpinan dalam membuat keputusan, memberikan acuan bagi pengembangan sistem kerja yang akan datang.
  • Pengetahuan tentang studi kepustakaan, gunakan informasi mutakhir dari buku-buku ilmiah, jurnal, atau internet yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis hendaklah mengupayakan penggunaan buku-buku terbaru.engungkapan masalah utama secara jelas dalam bentuk pertanyaan, gunakan kata tanya yang menuntut adanya analisis, misalnya:bagaimana...., mengapa.....
  • Tidak menggunakan kata apa karena tidak menuntut adanya analisis, cukup dijawab dengan ya atau tidak.
2. Tujuan penulisan, berisi: 
  • Target, sasaran, atau upaya yang hendak dicapai, misalnya: mendeskripsikan hubungan X terhadap Y; membuktikan bahwa budaya tradisi dapat dilestarikan dengan kreativitas baru; menguraikan pengaruh X terhadap Y.
  • Upaya pokok yang harus dilakukan, misalnya: mendeskripsikan data primer tentang kualitas budaya tradisi penduduk asli Jakarta; membuktikan bahwa pembangunan lingkungan pemukiman kumuh yang tidak layak huni memerlukan bantuan pemerintah.
  • Tujuan utama dapat dirinci menjadi beberapa tujuan sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Jika masalah utama dirinci menjadi dua, tujuan juga dirinci menjadi dua.

3. Ruang lingkup masalah, berisi: 
  • Pembatasan masalah yang akan dibahas.
  • Rumusan detail masalah yang akan dibahas.
  • Definisi atau batasan pengertian istilah yang tertuang dalam setiap variabel. Pendefinisian merupakan suatu usaha yang sengaja dilakukan untuk mengungkapkan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya dengan kata-kata.

4. Landasan teori, menyajikan: 
  • Deskripsi atau kajian teoritik variabel X tentang prinsip-prinsip teori, pendapat ahli dan pendapat umum, hukum, dalil, atau opini yang digunakan sebagai landasan pemikiran kerangka kerja penelitian dan penulisan sampai dengan kesimpulan atau rekomendasi.
  • Penjelasan hubungan teori dengan kerangka berpikir dalam mengembangkan konsep penulisan, penalaran, atau alasan menggunakan teori tersebut.

5.  Sumber data penulisan, berisi: 
  • Sumber data sekunder dan data primer.
  • Kriteria penentuan jumlah data.
  • Kriteria penentuan mutu data.
  • Kriteria penentuan sample.
  • Kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan.

6. Metode dan teknik penulisan, berisi: 
  • Penjelasan metode yang digunakan dalam pembahasan, misalnya: metode kuantitatif, metode deskripsi, metode komparatif, metode korelasi, metode eksploratif, atau metode eksperimental.
  • Teknik penulisan menyajikan cara pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan kuisioner; analisis data, hasil analisis data, dan kesimpulan.

7. Sistematika penulisan, berisi: 
  • Gambaran singkat penyajian isi pendahuluan, pembahasan utama, dan kesimpulan.
  • Penjelasan lambang-lambang, simbol-simbol, atau kode (kalau ada).

B. T U B U H     K A R A N G A N
Tubuh karangan atau bagian utama karangan merupakan inti karangan berisi sajian pembahasan masalah. Bagian ini menguraikan seluruh masalah yang dirumuskan pada pendahuluan secara tuntas (sempurna). Di sinilah terletak segala masalah yang    akan dibahas secara sistematis. Kesempurnaan pembahasan diukur berdasarkan kelengkapan unsur-unsur berikut ini:­

1.   Ketuntasan Materi: 
Materi yang dibahas mencakup seluruh variabel yang tertulis pada kalimat tesis, baik pembahasan yang berupa data sekunder (kajian teoretik) maupun data primer. Pembahasan data primer harus menyertakan pembuktian secara logika, fakta yang telah dianalisis atau diuji kebenarannya, contoh-contoh, dan pembuktian lain yang dapat mendukung ketuntasan pembenaran.

2.  Kejelasan Uraian/Deskripsi: 
Kejelasan konsep: Konsep adalah keseluruhan pikiran yang terorganisasi secara utuh, jelas, dan tuntas dalam suatu kesatuan makna. Untuk itu, penguraian dari bab ke sub-bab, dari sub-bab ke detail yang lebih rinci sampai dengan uraian perlu memperhatikan kepaduan dan koherensial, terutama dalam menganalisis, menginterpretasikan (manafsirkan) dan menyintesiskan dalam suatu penegasan atau kesimpulan. Selain itu, penulis perlu memperhatikan konsistensi dalam penomoran, penggunaan huruf, jarak spasi, teknik kutipan, catatan pustaka, dan catatan kaki.
Kejelasan bahasa: Kejelasan dan ketetapan pilihan kata yang dapat diukur kebenarannya. Untuk mewujudkan hal itu, kata lugas atau kata denotatif lebih baik daripada kata konotatif atau kata kias (terkecuali dalam pembuatan karangan fiksi, kata konotatif atau kata kias sangat diperlukan) Kejelasan makna kalimat tidak bermakna ganda, menggunakan struktur kalimat yang betul, menggunakan ejaan yang baku, menggunakan kalimat efektif, menggunakan koordinatif dan subordinatif secara benar. Kejelasan makna paragraf dengan memperhatikan syarat-syarat paragraf: kesatuan pikiran, kepaduan, koherensi (dengan repetisi, kata ganti, paralelisme, kata transisi), dan menggunakan pikiran utama, serta menunjukkan adanya penalaran yang logis (induktif, deduktif, kausal, kronologis, spasial). 
Kejelasan penyajian dan fakta kebenaran fakta: Kejelasan penyajian fakta dapat diupayakan dengan berbagai cara, antara lain: penyajian dari umum ke khusus, dari yang terpenting ke kurang penting; kejelasan urutan proses. Untuk menunjang kejelasan ini perlu didukung dengan gambar, grafik, bagan, tabel, diagram, dan foto-foto. Namun, kebenaran fakta sendiri harus diperhatikan kepastiannya.
Hal-hal lain yang harus dihindarkan dalam penulisan karangan (ilmiah):
  • Subjektivitas dengan menggunakan kata-kata: saya pikir, saya rasa, menurut pengalaman saya, dan lain-lain. Atasi subjektivitas ini dengan menggunakan: penelitian membuktikan bahwa…, uji laboratorium membuktikan bahwa…, survei membuktikan bahwa…,
  • Kesalahan: pembuktian pendapat tidak mencukupi, penolakan konsep tanpa alasan yang cukup, salah nalar, penjelasan tidak tuntas, alur pikir (dari topik sampai dengan simpulan) tidak konsisten, pembuktian dengan prasangka atau berdasarkan kepentingan pribadi, pengungkapan maksud yang tidak jelas arahnya, definisi variabel tidak (kurang) operasional, proposisi yang dikembangkan tidak jelas, terlalu panjang, atau bias, uraian tidak sesuai dengan judul.
C. K E S I M P U L A N
              Kesimpulan atau simpulan merupakan bagian terakhir atau penutup dari isi karangan, dan juga merupakan bagian terpenting sebuah karangan ilmiah. Pembaca yang tidak memiliki cukup waktu untuk membaca naskah seutuhnya cenderung akan membaca bagian-bagian penting saja, antara lain kesimpulan. Oleh karena itu, kesimpulan harus disusun sebaik mungkin. Kesimpulan harus dirumuskan dengan tegas sebagai suatu pendapat pengarang atau penulis terhadap masalah yang telah diuraikan.

Penulis dapat merumuskan kesimpulannya dengan dua cara:
  1. Dalam tulisan-tulisan yang bersifat argumentatif, dapat dibuat ringkasan-ringkasan argumen yang penting dalam bentuk dalil-dalil (atau tesis-tesis), sejalan dengan perkembangan dalam tubuh karangan itu.
  2. Untuk kesimpulan-kesimpulan biasa, cukup disarikan tujuan atau isi yang umum dari pokok-pokok yang telah diuraikan dalam tubuh karangan itu.

B A G I A N     P E L E N G K A P      P E N U T U P

Bagian pelengkap penutup juga merupakan syarat-syarat formal bagi suatu karangan ilmiah.

A. D A F T A R     P U S T A K A     ( B I B L I O G R AF I )
Setiap karangan ilmiah harus menggunakan data pustaka atau catatan kaki dan dilengkapi dengan daftar bacaan. Daftar pustaka (bibliografi) adalah daftar yang berisi judul buku, artikel, dan bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah atau sebagian karangan.
Unsur-unsur daftar pustaka meliputi:
  • Nama pengarang: penulisannya dibalik dengan menggunakan koma.
  • Tahun terbit.
  • Judul buku: penulisannya bercetak miring.
  • Data publikasi, meliputi tempat/kota terbit, dan penerbit..
  • Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun terbit.

Contoh: Tarigan, Henry. 1990. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa. (Banyak versi lainnya, misal: Sistem Harvard, Sistem Vancover, dan lain-lain)
Keterangan:
  • Jika buku itu disusun oleh dua pengarang, nama pengarang kedua tidak perlu dibalik.
  • Jika buku itu disusun oleh lembaga, nama lembaga itu yang dipakai untuk menggantikan nama pengarang.
  • Jika buku itu merupakan editorial (bunga rampai), nama editor yang dipakai dan di belakangnya diberi keterangan ed. ‘editor’
  • Nama gelar pengarang lazimnya tidak dituliskan.
  • Daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan urutan huruf awal nama belakang pengarang.

B. L A M P I R A N    ( A P E N D I X )
Lampiran (apendix) merupakan suatu bagian pelengkap yang fungsinya terkadang tumpang tindih dengan catatan kaki. Bila penulis ingin memasukan suatu bahan informasi secara panjang lebar, atau sesuatu informasi yang baru, maka dapat dimasukkan dalam lampiran ini. Lampiran ini dapat berupa esai, cerita, daftar nama, model analisis, dan lain-lain. Lampiran ini disertakan sebagai bagian dari pembuktian ilmiah. Penyajian dalam bentuk lampiran agar tidak mengganggu pembahasan jika disertakan dalam uraian.

C. I N D E K S
Indeks adalah daftar kata atau istilah yang digunakan dalam uraian dan disusun secara alfabetis (urut abjad). Penulisan indeks disertai nomor halaman yang mencantumkan penggunaan istilah tersebut. Indeks berfungsi untuk memudahkan pencarian kata dan penggunaannya dalam pembahasan.

D. R I W A Y A T     H I D U P     P E N U L I S
Buku, skripsi, tesis, disertasi perlu disertai daftar riwayat hidup. Dalam skripsi menuntut daftar RHP lebih lengkap. Daftar riwayat hidup merupakan gambaran kehidupan penulis atau pengarang. Daftar riwayat hidup meliputi: nama penulis, tempat tanggal lahir, pendidikan, pengalaman berorganisasi atau pekerjaan, dan karya-karya yang telah dihasilkan oleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah, 1994.
[2]. HS, Widjono. BAHASA INDONESIA Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Grasindo, 2007.
[3]. Maryani, Yani, dkk. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia, 2005.
[4]. http://imeldarickyayudibyanto.blogspot.com/2014/01/konvensi-naskah.html
[5]. http://ebolemon.wordpress.com/2012/03/24/pengertian-konvensi/ati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/19584/Konvensi+Naskah.doc