Fungsi Agama
Dalam kehidupan bermasyarakat, agama merupakan aspek yang sangat besar pengaruhnya dan sangat dalam dalam kehidupan bermasyarakat. Kita tidak dapat mengabaikan kehadirannya diantara kehidupan kita. Kenapa? Karena agama seperti yang kita semua ketahui, merupakan petunjuk kebenaran, penuntun moral kita, dan juga mengatur masyarakat untuk mencipatakan kerukunan dalam keberagaman masyarakat yang majemuk dan membentuk masyarakat ideal dan madani. Dalam masyarakat, sudah kita tahu bahwa terdapat berbagai perbedaan dalam baik segi agama/kepercayaan dan pandangan hidup. Tidak jarang masalah-masalah dan perselisihan terjadi akibat perbedaan-perbedaan ini. Nah disinilah peran agama terlihat sebagai pengatur masyarakat agar tetap menghormati dan menghargai aturan dan moral yang berlaku.
Tetapi, terkadang terjadi penyelewengan yang terjadi dengan mengatasnamakan agama. Siapa dalangnya? Bukan pemimpun/elite agama. Melainkan, politisi-politisi yang menyalurkan misi-misi agama melalui jalur politik. Fungsi agama yang mestinya itu dijadikan pedoman untuk menyatukan masyarakat, berdisfungsi menjadi alat mengembangkan kekuasaan untuk menjadikan masyarakat terpecah belah. Akibat politisasi agama ini, seharusnya para pemuka agama dan ulama beserta anggota organisasi-organisasi agama, harus bisa meluruskan kembali nilai-nilai agama yang sebenarnya.
Agama, Konflik, dan Masyarakat
Utamanya agama merupakan pemodan yang memberi peranan positif bagi masyarakat untuk menciptakan kerukunan antar masyarakat dan akhirnya tertanam rasa persaudaraan yang kuat antar anggota masyarakat. Tetapi dibalik sisi positif agama, terdapat sisi yang lain yang bersifat cenderung negatif karena merupakan pemicu terjadinya konflik antar masyarakat beragama. Khususnya di Indonesia.
Wajar bila pihak-pihak yang beragama mempunyai pandangan hidup yang tidak sama antar umat beragama. Setiap individu itu punya jalan tentang ajaran agamanya. Kemudian kita sebagai individu itu terkadang menilai secara subjektif nilai dari agamanya sendiri. Karena perbedaan cara pandang tersebut, yang terlalu subjektif, menyebabkan adanya konflik yang terjadi antar anggota masyarakat beragama. Kemudian adanya perbedaan suku dan ras antar pemeluk agama juga merupakan salah satu penyebab lain yang menimbulkan perpecahan antar anggota masyarakat.
Contohnya saja konflik agama antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera. Suku aceh yang mayoritas Islam dan Suku Batak yang beragama kristen dalam kehidupannya terjadi ketegangan dan tidak jarang sampai ke fisik. Tentu saja ini sangat mengerikan dan mengacaukan ketentraman dan keamanan umat beragama.
Sayangnya, kita lebih suka memposisikan agama di posisi yang lain: yaitu di panggung atau di kobaran bendera, bukan meresapi agama tersebut dan meletakkannya di relung hati kita .