, April 2013 | DHANDY YUSUF SAHYADI | BLOG
Floating Right

Menggali Pesona Budaya Indonesia Melalui Relief Candi Borobudur

     Candi Borobudur. Siapa yang tak kenal dengan Candi Borrobudur? Candi ini tidak hanya dikenal dan dikunjungi oleh para penghuni bumi tanah air kita Indonesia, namun banyak sekali turis dari luar Indonesia yang khusus menyempatkan diri dan waktunya untuk berpetualang ke tempat ini. Kenapa bisa banyak sekali turis yang datang berkunjung menikmati salah satu warisan budaya ini? Karena Candi Borobudur ini sangat menarik. Pesona Candi Borobudur hanyalah satu-satunya yang sangat indah dan tentunya tidak bisa dibandingkan dengan candi lainnya. Pesona tersebut ada pada kemegahan arsitektur maupun ukurannya. Saya akan sedikit mengulas sejarah terbentuknya Candi Borobudur.

CANDI BOROBUDUR
Sejarah Terbentuknya Candi Borobudur

Candi Borobudur



     Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

     Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.

     Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.

     Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan

Pembangunan
Lukisan karya G.B. Hooijer (dibuat kurun 1916—1919) merekonstruksi suasana di Borobudur pada masa jayanya



     Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 - 100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.

     Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa. Pada kurun waktu itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu. Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama Siwa Sanjaya memerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang dibangun di perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah timur dari Borobudur. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang hampir bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun demikian Borobudur diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar tahun 850 M.


Candi Borobudur - Bukit Menoreh


     Pembangunan candi-candi Buddha — termasuk Borobudur — saat itu dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran memberikan izin kepada umat Buddha untuk membangun candi. Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya, Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha (komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi. Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada masyarakat Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat menuai konflik, dengan dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja menyokong dan mendanai pembangunan candi Buddha, demikian pula sebaliknya. Akan tetapi diduga terdapat persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu — wangsa Syailendra yang menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwa — yang kemudian wangsa Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko. Ketidakjelasan juga timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa Sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra, akan tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini yaitu pihak Sailendra juga terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di Prambanan.

Mengilhami Ribuan Panel Relief Dinding Candi Borobudur 

 Candi Borobudur - Pesona Indonesia

     Candi Borobudur adalah sebuah mahakarya agung! Inilah monumen Buddha terbesar di dunia yang telah diakui UNESCO. Ia merupakan puzzle atau lego dari sekira 2 juta balok batu vulkanik raksasa yang dipahat sedemikian rupa sehingga dapat saling mengunci (interlock) meski tanpa menggunakan semen atau perekat apa pun.

     Akan tetapi sebagaimana kita ketahui, Borobudur yang dibangun memakan waktu sekira 75 tahun ini bukanlah hanya sekedar tumpukan puzzle batu raksasa, meski teknik menyusun batu-batu ini pun adalah sebuah hal yang luar biasa. Borobudur juga menyimpan pesona keindahan karya seni bernilai tinggi bermuatan sejarah, budaya, dan agama. Kesepuluh pelataran Borobudur diyakini sebagai representasi filsafat mazhab Mahayana, yaitu menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.

     Borobudur sudah serupa kitab Buddha yang dipahat di batuan dengan kualitas dan kuantitas pahatan relief dan jenis cerita yang mumpuni serta dilengkapi dengan arca dan stupa yang tak kalah mengagumkan. Candi Borobudur memiliki sekira 2672 panel relief yang konon apabila dibentangkan akan mencapai panjang 6 kilometer. UNESCO bahkan mengakuinya sebagai ansambel relief Buddha terbesar dan terlengkap di dunia. Setiap adegan dan kisah yang terpahat adalah sebuah mahakarya seni yang utuh dan luar biasa tinggi nilainya.

     Ada teknik tersendiri untuk membaca relief pada dinding-dinding candi, yaitu dibaca ke arah sesuai arah jarum jam.  Hal ini dikenal dengan istilah mapradaksina (bahasa Jawa Kuna) yang berasal dari bahasa Sansekerta Daksina yang berarti timur. Awal cerita akan dimulai dan berkahir di pintu gerbang sisi Timur di setiap tingkatnya. Borobudur memiliki tangga naik di empat penjuru mata angin tapi diperkirakan tangga naik utama adalah di sebelah Timur. 


Relief Candi Borobudur

     Relief pada Borobudur terpahat di beberapa tingkatan Borobudur.  Relief-relief tersebut menggambarkan adegan yang diambil  dari beberapa sutra, yaitu cerita Karmawibhanga, Jatakamala, Awadana, Gandawyuha dan Bhadracari

Relief Karmawibhangga

     Karmawibhangga adalah relief yang menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat (hukum karma). Di zona Kamadhatu, beberapa relief-relief Karmawibhangga menggambarkan hawa nafsu manusia, seperti perampokan, pembunuhan, penyiksaan, dan penistaan. Tidak hanya menggambarkan perbuatan jahat, Relief Karmawibhanga yang dipahat di atas 160 panil juga menggambarkan ajaran sebab akibat perbuatan baik.

     Setiap panil bukanlah cerita naratif (berseri) dan berisi kisah-kisah tertentu yang di antaranya menggambarkan perilaku masyarakat Jawa Kuna masa itu, antara lain perilaku keagamaan, mata pencaharian, struktur sosial, tata busana, peralatan hidup, jenis-jenis flora dan fauna, dan sebagainya. Secara keseluruhan itu menggambarkan siklus hidup manusia, yaitu: lahir - hidup - mati (samsara).

     Kamadhatu adalah gambaran dunia yang dihuni oleh kebanyakan orang, atau dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Karenanya zona ini berada di tingkat paling bawah Borobudur dan kini tertutup oleh pondasi penyokong bangunan sehingga tidak terlihat (kecuali pada sisi Selatan terbuka sedikit). Ada dugaan bahwa tertutupnya zona ini dikarenakan untuk memperkuat struktur atau pondasi bangunan. Akan tetapi, dugaan lain menyebutkan bahwa hal tersebut adalah untuk menutupi konten-konten cabul dari relief tersebut. Untuk melihat relief pada zona ini, Anda dapat mengunjungi Museum Karmawibhangga yang memajang foto-foto di Kamadhatu yang sengaja diambil agar tetap dapat dinikmati pengunjung.

     Lalitawistara adalah relief yang menggambarkan riwayat sang Buddha dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita hingga kisah ajaran pertama yang beliau lakukan di Taman Rusa yang berada di dekat Kota Banaras. Relief Lalitawistara berjumlah 120 panil namun tidak secara lengkap menggambarkan kisah sang Buddha.

     Lalitawistara adalah rangkaian relief cerita yang terpahat apik pada dinding  candi di lorong 1 tingkat 2. Secara garis besar, Lalitawistara menggambarkan kehidupan Buddha Gautama saat lahir hingga keluar dari istana dan mendapat pencerahan di bawah pohon bodhi.

     Jataka dan Awadana adalah relief tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. Terpahat di tingkat kedua candi (lorong 1), relief ini bercerita tentang kebaikan sang Buddha dan pengorbanan diri yang ia lakukan dalam berbagai bentuk reinkarnasinya, baik sebagai manusia atau binatang.  Perbuatan baik inilah yang membedakannya dengan makhluk lain. Apalagi berbuat baik adalah tahapan persiapan dalam usaha menuju tingkat Buddha yang lebih tinggi.

     Awadana adalah juga berisi cerita Jataka namun tokoh ceritanya bukan Buddha melainkan pangeran Sudhanakumara. Cerita pada relief Awadana dihimpun dalam Kitab Diwyawadana (perbuatan mulia kedewaan) dan Kitab Awadanasataka (seratus cerita Awadana).

     Gandawyuha adalah deretan relief yang terpahat rapi di dinding Borobudur sejumlah 460 panil yang terpahat di dinding serta pagar langkan. Pahatan relief ini tersebar di tingkatan candi yang berbeda-beda.

     Berkisah tentang Sudhana, putera seorang saudagar kaya yang berkelana dalam usahanya mencari pengetahuan tertinggi atau kebenaran sejati. Penggambarannya pada panil-panil didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha. Sementara itu, untuk  bagian penutupnya, kisah relief berdasarkan cerita kitab lain, yaitu Bhadracari. Kisah ini adalah tentang sumpah Sudhana untuk menjadikan Bodhisattwa Samantabhadra sebagai panutan hidupnya.

    Apabila Anda perhatikan mulai dari lantai kelima hingga ketujuh tidak tampak relief pada dindingnya.  Tingkatan yang melambangkan alam atas tersebut dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).  Pada tingkatan ini, manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa namun belum mencapai nirwana. Pada Arupadhatu yang terlihat adalah stupa-stupa terawang yang di dalamnya terdapat patung Buddha.
     Di tingkatan tertinggi dari Candi Borobudur yang memiliki total 10 tingkatan atau pelataran ini terdapat sebuah stupa yang terbesar dan tertinggi. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga Unfinished Buddha yang kini di simpan di Museum Karmawibhangga.

     Berdenah bujur sangkar dengan keseluruhan ukuran 123 x 123 meter, Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Borobudur memiliki lorong-lorong panjang berupa jalan sempit, diperkirakan sebagai tempat bagi umat Buddha melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Borobudur memiliki enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar, dan sebuah pelataran puncak tempat stupa utama berada. Struktur dasarnya berupa punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia. Karena keunikan, keindahan, nilai historis, dan kualitas karya seni yang bernilai tinggi yang termanifestasikan di Borobudur, candi Buddha ini sudah tentu layak menyandang gelar sebagai salah satu mahakarya seni tingkat tinggi dari peradaban Nusantara.

Sumber : id.wikipedia.org
 

Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan Cinta Kasih

Cinta Kasih
Cinta. Manusia dalam kehidupannya selalu mempunyai rasa cinta. Banyak dari sebagian orang tidak mendalami akan rasa kasih yang ada di dalam cinta itu sendiri, karena rasa cinta saja belum cukup belum tentu cukup kalau tidak dibarengi dengan rasa kasih. Karena kasih itu sendiri memiliki arti cinta yang mendalam, dalam arti bahwa cinta belum pasti kasih, namun kasih sudah pasti cinta. Rasa suka seseorang inilah yang kita rasakan akan memberikan rasa cinta kasih.
Cinta adalah makna yang tersirat dalam hati, sedangkan kasih adalah makna yang tersurat dalam suatu tindakan dan perbuatan. Cinta kasih adalah perasaan suka dan sayang kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan. Cinta mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih bersumber dari cinta yang mendalam. Cinta juga dapat diartikan dalam arti lain yaitu pengikat yang kokoh antara manusia dan tuhannya sehingga manusia menyembah tuhan dengan ikhlas dan menaati perintahnya.
Dalam cinta, terdapat 3 unsur yang berkaitan yaitu : Keintiman, Gairah, dan Komitmen. Keintiman membawa cinta dalam kedekatan hubungan antar manusia. Gairah memandang cinta secara seksual dan fisik(cantik atau ganteng). Dan yang terakhir adalah komitmen, yaitu suatu pernyataan terhadap rasa cinta. Ketika unsur keintiman dan komitmen dijalankan,  akan timbul suatu rasa cinta yang hampa. Yang menyatakan adanya ketertarikan dan kedekatan antar lawan jenis. Kemudian jika unsur komitmen dan nafsu bersatu, akan muncul suatu rasa cinta yang bersifat romantis. Karena ada suatu komitmen atau pernyataan cinta terhadap lawan jenis akan adanya ketertarikan secara seksual dan fisik. Sedangkan jika nafsu dan keintiman berhubungan, maka rasa cinta yang terjadi abstrak. Kenapa? Karena ada ketertarikan secara seksual dan fisik juga kedekatan tetapi tidak ada komitmen atau status dalam menjalin hubungan.
Kemudian terdapat tingkatan dalam cinta, terbagi menjadi 3 tingkatan. Yang pertama, cinta yang berdasar dengan harapan untuk mendapat sesuatu. Biasanya sesuatu tersebut berupa materi. Lalu yang kedua adalah cinta yang berdasar harapan mendapat ridho kekasih. Dan yang terakhir adalah cinta yang berdasar harapan untuk mendapat ridho tuhan sekaligun ridho kekasih.

Kasih Sayang
Dua kata, yaitu kasih dan sayang. Arti dari kedua kata tersebut memiliki pengertian yang sangat luas. Kasih sayang merupakan sesuatu yang palingm mendasar yang diterima setipa insan. Kasih sayang juga dapat dikatakan sebagai suatu hak yang harus diterima, karena secara psikologi sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang seseorang. Kasih sayang bukanlah sekedar hubungan cinta atau asmara antara seorang laki-laki dan seorang perempuan saja, tetapi memiliki sifat yang bersifat universal. Karena hal ini bisa terjadi terhadap sahabat, saudara, keluarga dan lain-lain.
Kasih sayang merupakan rasa cinta yang didambakan setiap individu du dunia. Salah satunya adalah rasa kasih sayang orang tua kepada anaknya dan sebaliknya.  Anak yang biasanya kekurangan rasa kasih sayang cenderung melakukan hal-hal yang bersifat negatif atau  biasa disebut dengan kenakalan remaja. Hal tersebut dikarenakan anak tersebut kurang mendapatkan perhatian perhatian dari orang tuanya. Mereka kadang sengaja melakukan kenakalan tersebut agar orang tua mereka memperhatikannya.
Agar di dalam suatu keluarga bisa tercipta rasa saling sayang dan mengasihi, masing-masing anggota keluarga harus selalu berusaha menciptakan kebahagiaan bagi anggota keluarga yang lain.Contohnya Ibu memberi rasa sayang terhadap bapak dan anaknya, kemudian bapak mencurahkan semua perhatian kepada istri dan anaknya juga. Sementara itu anak bisa memberikan rasa cinta dan hormatnya kepada kedua orang tuanya.

Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata mesra. Mesta berarti erat atau karib. Lebih tepatnya lagi mesra berarti erat atau karib sehingga kemesraan menggambarkan suatu hal dan keadaan sangat erat atau karib. Kemesraan bersumber dari cinta kasih dan merupakan realisasi yang nyata. Kekerabatan, keakraban yang dilandasi dengan rasa cinta dan kasih sayang merupakan hal yang berkaitan dengan kemesraan.
Beberapa tingkatan kemesraan yang dapat dibedakan. Dalam hal ini berdasarkan umur, yaitu:
a.    Kemesraan dalam Tingkat Remaja.
Kemesraan yang terjadi pada masa puber atau pubertas dimana seorang remaja memiliki kematangan secara fisiknya yang menyebakan dorongan seksualitasnya sangat kuat.
b.    Kemesraan dalam Rumah Tangga.
Kemesraan yang terjadi pada saat pasangan suami istri dalam perkawinan. Terjadi perbedaan kemesraan yang terjadi pada saat awal pernikahan dengan pada saat beberapa tahun setelahnya pada beberapa pasangan tertentu.
c.    Kemesraan dalam Manusia Usia Lanjut.
Kemesraan yang terjadi pada manusia usia lanjut yang jauh berbeda dengan pada usia sebelumnya.

Semuanya dengan adanya rasa cinta dan kasih didalamnya, maka cinta semakin kekal dalam pencitraannya. Cinta pertama di awal dari Adam dan Hawa, kemudian dilanjutkan oleh Rama dan Sinta, dan cinta itu dibawa mati oleh Romeo dan Juliet. Dengan demikian cinta selalu ada awal dan ada akhir. Namun cinta tak akan pernah musnah.

Sumber:
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/04/06/manusia-dan-cinta-kasih-443251.html
http://www.anneahira.com/makna-kasih-sayang.htm
http://sahat1ka43.blogspot.com/2012/07/manusia-dan-cinta-kasih.html


 

Ilmu Budaya Dasar - Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Kesusastraan

Selama kita hidup, kita hampir pasti sudah pernah atau sering mendengar dan berhubungan dengan sesuatu yang disebut sastra dan seni. Semenjak kita duduk di bangku SD, SMP, dan SMA, kita sering diajari untuk menciptakan karya-karya sastra dan dalam berbagai bentuk. Baik membuat puisi, pantun, cerita/cerpen, drama, dll. Sebenarnya karya sastra dan seni yang kita pelajari diatas merupakan bagian dari kesusastraan yang berhubungan dengan Ilmu Budaya Dasar.

Ilmu Budaya Dasar hakikatnya adalah mengajarkan kita pembelajaran yang berkaitan dengan konsep-konsep kehidupan dan budaya manusia. Ilmu Budaya ini tentunya berkaitan dengan kesusastraan. Kesusastraan menurut orang awam biasanya disebut dengan sastra. Bentuk dasar kata sastra berarti " kata, tulisan, atau ilmu". Konfiks ke-an mempunyai arti " Semua yang berkaitan dengan" dan prefiks su bermakna " baik, indah, berguna ". Jadi kesusastraan adalah segala sesuatu atau semua yang berkaitan dengan tulisan yang indah dan baik nan berguna. Menurut istilah, kesusastraan atau sastra adalah cabang dari seni yang menggunakan bahasa sebagai perantara atau mediumnya.
Pendekatan Kesustrasaan

Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta (sastra), yang mempunyai arti " teks yang mengandung instruksi atau pedoman " atau " tulisan ".  Sastra dalam arti khusus yang digunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi dalam gagasan dan perasaan manusia. Jadi sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya dari manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya. Selain itu sastra dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi dua, yaitu sastra tertulis dan sastra lisan.
Ketika kita membicarakan tentang sastra, seni merupakan sesuatu yang tidak jauh hubungannya dengan sastra. Lalu apa yang membedakan sastra dengan seni? Seni adalah sebuah karya atau sastra yang tidak mungkin dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Mengapa? Karena seni merupakan ekspresi manusia terhadap sesuatu dalam bentuk kreativitas manusia yang diciptakan dengan terkandung unsur keindaham didalamnya. Ilmu budaya dasar sangatlah erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar. Karena segala yang diuraikan dalam Ilmu Budaya Dasar, mempunyai keterkaitan penuh dengan sastra dan seni. Dengan demikian di dalam Budaya ini terdapat unsur sastra dan seni di dalamnya.

Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan dengan Prosa
Prosa merupakan bahsa yang berasal dari bahasa Latin, yaitu "Prosa" yang artinya "terus terang". Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi. Karena prosa ini mempunyai variasi ritme yang lebih besar dan juga bahasanya yang lebih pas dengan arti leksikalnya. Variasi prosa digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta. Prosa biasanya digunakan untuk surat, novel, majalah, surat kabar, dan masih banyak jenis media prosa yang lainnya. Prosa di Indonesia terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Prosa Lama.
b. Prosa Baru.
Prosa lama adalah prosa bahasa Indonesia yang belum terpengaruh oleh budaya-budaya lain, yang biasanya budaya barat. Prosa lama cenderung bersifat imajinatif, istanasentris, didaktif, tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun, anonim, dan bentuk serta isinya yang statis. Beberapa bentuk atau jenis dari prosa lama adalah sebagai berikut:
1. Dongeng
   - . Fabel
   - . Legenda
   - . Sage
   - . Mite
   - . Dongeng Jenaka
2. Hikayat
3. Sejarah
4. Silsilah atau Tambo
5. Epos

Berbeda dengan prosa lama, Prosa baru adalah suatu prosa yang dikarang bebas tanpa ada aturan yang membatasinya. Prosa baru juga mempunyai karakteristik yang berbeda dengan prosa lama. Prosa ini bersifat realistis, dinamis, sesuai dengan perkembangan jaman, dan tidak anonim. Di bawah ini adalah yang tergolong ke dalam prosa baru:
1. Roman
   -. Roman bertendens
   -. Roman sosial
   -. Roman sejarah
   -. Roman psikologis
   -. Roman detektif
2. Novel
3. Cerpen
4. Biografi
5. Drama

Nilai-nilai dalam prosa Fiksi
Sudah disebutkan diatas, salah satu bentuk karya sastra adalah prosa. Selain prosa, ada juga karya sastra yang berbentuk fiksi atau yang biasa disebut cerita rekaan. Karya sastra fiksi ini juga merupakan salah satu jenis karya sastra yang beragam prosa.

Sebagai sastra dan seni yang bertulang punggung prosa, Prosa Fiksi adalah cerita atau kisah yang dilakukan oleh para pelaku tertentu dalam pemeranan, latar, tahapan, dan rangkaian cerita yang berlatar belakang dari hasil imajinasi dan kreativitas pengarangnya yang menjadikan sebagai suatu cerita atau kisah. Pengertian prosa fiksi adalah bentuk cerita yang mempunyai pemeran, lakuan, latar, peristiwa, dan alur yang diciptakan oleh pengarangnya dengan imajinasinya. Prosa fiksi itu dapat dibedakan oleh dua, yaitu prosa fiksi pendek dan prosa fiksi novel. Nilai-nilai yang terdapat dalam prosa fiksi antara lain:
1. Prosa Fiksi yang memberikan kesenangan.
2. Prosa Fiksi yang memberikan infonnasi.
3. Prosa Fiksi yang memberikan warisan kultural.
4. Prosa Fiksi yang memberikan keseimbangan wawasan.


Karya sastra yang berikutnya adalah puisi. Siapa saja hampir pernah pasti membaca atau mendengar dan bahkan membuat puisi. Karya sastra yang berbentuk puisi adalah seni berbentuk tertulis yang bahasanya menggunakan segi estetik sebagai tambahan. Kenapa? Kenapa? Karena segi estetik inilah yang membedakan puisi dari prosa. Apa saja perbedaan segi estetik tersebut? Yaitu penggunaan bahasa dan penggunaan pengulangan, meter dan rima sebagai perwujudan imajinasi manusia tentang keadaan hatinya.


Sumber:
http://id.wikipedia.org




http://ajinovyanw.blogspot.com/2012/03/konsepsi-ilmu-budaya-dasar-dalam-agama.html