, Tugas #5 - Kalimat Dasar | DHANDY YUSUF SAHYADI | BLOG
Floating Right

Tugas #5 - Kalimat Dasar


Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

P E N G E R T I A N    K A L I M A T
Menurut beberapa pendapat para ahli bahasa, menyatakan pengertian dan garis besar Kalimat di bawah ini:
  • Dardjowidojo (1988: 254) menyatakan bahwa kalimat ialah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. 
  • Slametmuljana (1969) menjelaskan kalimat sebagai keseluruhan pemakaian kata yang berlagu, disusun menurut sistem bahasa yang bersangkutan; mungkin yang dipakai hanya satu kata, mungkin lebih.
(1)    Yudha sedang belajar di kamar.
Contoh (1) di atas merupakan sebuah kalimat. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah bagian terkecil teks atau wacana yang dapat mengungkapkan suatu pikiran, merupakan suatu satuan gramatikal yang dapat berdiri sendiri, yang terdiri atas suatu klausa yang disusun menurut bahasa yang bersangkutan.

C I R I – C I R I    K A L I M A T
Setelah membahas pengertian kalimat pada bahasan sebelumnya, apakah anda sudah mengetahui apa ciri-ciri dari sebuah kalimat dasar? Berikut adalah penjelasannya.
a.    Kalimat dasar hanya terdiri atas satu klausa.
Kalimat dasar tidak mungkin terdiri dari dua klausa. Yang terdiri atas dua klausa atau lebih bukan kalimat dasar, melaikan kalimat turunan, yakni kalimat majemuk.
b.    Kalimat dasar tidak beratribut.
Kalimat dasar dapat mempunyai kemungkinan untuk diperluas. Contoh: Saya pergi dapat diperluas menjadi Saya sendiri akan segera pergi.
c.    Kalimat dasar susunannya tidak inversi.
Susunan kalimat dasar adalah D-M (Diterangkan-Menerangkan), bukan M-D. Contoh: Akan segera pergi/saya bukan kalimat dasar, melainkan kalimat turunan.
d.    Kalimat dasar terdiri dari unsur-unsur wajib.
Unsur-unsur wajib kalimat itu adalah Subjek(S), Predikat(P), Objek(O), dan Pelengkap(P). Contoh: Saya / akan pergi ; Saya / nanti / akan pergi; Saya / akan pergi / nanti.
e.    Kalimat dasar terdiri atas unsur-unsur wajib yang tidak dapat dilesapkan. 
f.    Kalimat dasar adalah kalimat yang belum mengalami proses penggantian (subtitusi).
Apabila subtitusi terjadi, kalimat dasar bukanlah kalimat dasar lagi. Contoh:
Sono menertawakan Soni  Sono menertawakannya. Sony disubstitusi dengan –nya.
g.    Kalimat dasar adalah kalimat yang predikatnya berbentuk aktif.
Contoh: Dhandy mencuci baju (aktif)  Baju saya cuci (aktif). Kalimat pasif adalah kalimat turunan, bukan lagi kalimat dasar.
h.    Kalimat dasar adalah tidak adanya nominalisasi.
Contoh: Ibu pulang  Pulangnya tadi pagi.
Jadi, ciri-ciri kalimat yang paling utama adalah mengandung unsur-unsur kalimat, yaitu subjek, predikat, objek, pelengkat, dan keterangan. Kemudian susunannya adalah Menerangkan – Diterangkan, merupakan kalimat aktif bukan kalimat pasif,dan hanya terdiri satu klausa.

U N S U R – U N S U R    K A L I M A T
Setelah membahas ciri-ciri dari kalimat dasar, yaitu salah satunya adalah mengandung unsur-unsur kalimat. Apa saja unsur-unsur kalimat tersebut? Dan bagaimana bentuknya? Perhatikan penjelasan di bawah ini: 
A.    S U B J E K
Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek merupakan bagian kalimat yang menunjukkan pada pelaku, tokoh, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Biasanya subjek diisi oleh kata benda atau frasa nominal, klausa, atau frasa verbal. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat. Ciri-ciri Subjek :
1. Jawaban atas pertanyaan Apa atau Siapa yang ditujukan kepada predikat.
2. Disertai oleh kata ini, itu dan yang ( ini, itu dan yang merupakan pembatas antara subyek dan predikat.
3. Didahului kata bahwa. Subjek kalimat dapat berupa kata dan dapat pula berupa frasa. Contoh :
a. Ayahku sedang membaca Koran.
b. Saya sudah mulai mengantuk.
c. Air sungai kecil itu terus menerus menggericik.

B.    P R E D I K A T
Sama hal nya dengan subjek, predikat suatu kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit. Predikat merupakan bagian kalimat yang memberi tahu perbuatan apa yang dilakukan oleh subyek, yaitu pelaku/tokoh didalam suatu kalimat. Predikat juga menyatakan sifat/ keadaan subyek. Predikat dalam kalimat berfungsi sebagai (1) pembentuk kalimat dasar, kalimat tungga, kalimat luas, dan kalimat majemuk, (2) menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan makna kalimat, (3) menegaskan makna. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional. Ciri-ciri Predikat:
1.    Jawaban atas pertanyaan Mengapa dan Bagaimana.
2.    Didahului dengan keterangan aspek, seperti: akan, sudah, sedang, dll.
3.    Didahului dengan keterangan modalitas, seperti: sebaiknya, seharusnya, selayaknya, dll.
4.    Didahului oleh kata adalah, ialah, yaitu, dan yakni.
5.    Tidak dihului dengan kata tidak atau bukan.
6.    Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau bilangan.

Predikat kalimat dapat berupa kata dan dapat pula berupa frasa. Contoh :
a. Bisnisnya berkembang.
b. Dia sukses
c. Pengusaha itu sudah mendapatkan peluang pengembangan bisnisnya.

C.    O B J E K
Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi predikat. Objek umummnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak objek selalu dibelakang predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya objek yang berawalan me-. Sedangkan Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek. Ciri-Ciri Objek :
1.    Jawaban atas pertanyaan Apa dan Siapa yang terletak di belakang predikat transitif
2.    Berupa kata benda, dan tidak didahului kata depan.
3.    Mengikuti secara langsung di belakang predikat (transitif).
Contoh:
a. Orang itu menipu adik saya.
b. Ayahku membeli barang antik.
D.    P E L E N G K A P
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Ciri-ciri pelengkap:
1. Terletak dibelakang predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
2. Hasil jawabannya dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.

E.    K E T E R A N G A N
Keterangan merupakan bagian kalimat yang menerangkan predikat dalam sebuah kalimat. Posisis keterangan boleh diawal, tengah dan akhir kalimat. Pengisi keterangan adalah adverbia, frasa nominal, frasa preposisional, atau klausa.
Contoh :
a. Anton menjilid makalah kemarin pagi.
b. Polisi menyelidiki kasus pembunuhan dengan hati-hati.
c. Karena malas belajar, Chyntya tidak lulus ujian.
Jenis-Jenis Keterangan :
a.    Tempat             : di, ke, dari, (di) dalam, pada;
b.    Cara                 : secara, dengan cara, dengan jalan;
c.    Waktu               : pada, dalam, se-, sebelum, dll;
d.    Alat                  : dengan;
e.    Tujuan              : supaya, untuk, bagi, demi;
f.    Penyerta           : dengan, bersama, beserta;
g.    Penyebaban     : karena, sebab;   
h.    Similatif           : seperti, bagaikan, laksana.

P O L A     K A L I M A T    D A S A R
Pola kalimat dasar sekurang-kurangnya terdiri atas subjek(S) dan predikat(P). Pola kalimat dasar mempunyai ciri-ciri:
a.    Berupa kalimat tunggal (satu S, satu P, satu O, satu pel, satu K).
b.    Selalu diawali dengan subjek.
c.    Berbentuk kalimat aktif.
d.    Unsur tersebut ada yang berupa kata dan ada yang berupa frasa.
e.    Dapat dikembangkan menjadi kalimat luas dengan memperluas unsur-unsurnya.
Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1. KB + KK                                    : Mahasiswa berdiskusi.
2. KB + KS                                     : Dosen itu ramah.
3. KB + KBil                                  : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4. KB + (KD + KB)                       : Tinggalnya di Palembang.
5. KB1 + KK + KB2                      : Mereka menonton film.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3          : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2                                : Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.

Kalimat dasar dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
1. Kalimat dasar berpola SPOK
2. Kalimat dasar berpola SPOPel  

3. Kalimat dasar berpola SPO


4. Kalimat dasar berpola SPPel


5. Kalimat dasar berpola SPK


6. Kalimat dasar berpola SP (P: verba)


7. Kalimat dasar berpola SP (P: Nomina)


8. Kalimat dasar berpola SP (P: Adjektiva)


J E N I S – J E N I S    K A L I M A T
J E N I S    K A L I M A T    B E R D A S A R K A N    J U M L A H     K L A U S A / S T R U K T U R    G R A M A T I K A L N Y A
A. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut.
1. Mahasiswa berdiskusi
   S: KB + P: KK
2. Dosen ramah
   S: KB + P: KS
B. Majemuk Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjad dari dua kalimat tunggal atau lebi. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut:

1.    Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
a. Kami membaca
b. Mereka menulis

2.    Kedua kaltunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemu setara pertentangan.
Contoh:
a. Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
b. Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.

3.    Dua kalimat tunggal ata lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan.
Contoh:
a. Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan namanama juara MTQ tingkat dewasa. Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz membacakan doa selamat.

4.    Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
a. Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.

C. Kalimat Majemuk tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.
Contoh:
a. Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)
b. Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer. (tunggal)
c. Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
J E N I S    K A L I M A T    B E R D A S A R K A N     F U N G S I N Y A
A. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).
Misalnya:
a. Positif
-. Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
b. Negatif 
-. Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
B. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
a. Positif
-. Kapan Saudara berangkat ke Singapura?
b. Negatif
-. Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang disepakati?
C. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
a. Positif
-. Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
b. Negatif
-. Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.
D. Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya: 
a. Positif
-. Bukan main, cantiknya.
b. Negatif
-. Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
J E N I S    K A L I M A T    B E R D A S A R K A N    S E G I    M A K N A N Y A
1.    Kalimat Berita 
Adalah kalimat yang isinya memberikan sesuatu kepada pembaca atau pendengar. Kalimat berita tersebut juga kalimat deklaratif.
Contoh:
a.    Tadi pagi ada tabrakan mobil di jalan Akhmad Yani nomor 15.
2.    Kalimat Perintah
Adalah kalimat yang isinya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah disebut juga kalimat imperatif.
Contoh:
a.    Berliburlah ke tempat pamanmu! (aktif taktransitif)
b.    Carilah pekerjaan apa saja! (aktif transitif)
 3.    Kalimat Tanya
Adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu kepada seseorang. Kalimat tanya disebut juga kalimat interogatif. Cara membentuk kalimat tanya parsial ialah dengan menambahkan kata tanya apa (siapa, berapa, kapan, apabila) dan mana (di mana, ke mana, dari mana, bagaimana, bila mana). 
Contoh:
a. Siapa yang dicarinya?
b. Apa yang dikehendakinya?
c. Kapan peristiwa itu terjadi?
4.    Kalimat Seru
Adalah kalimat yang isinya mengungkapkan kekaguman perasaan. Karena rasa kagum berhubungan dengan sifat, maka kalimat seru dibentuk dari kalimat statif.
Contoh:
a. Gadis itu cantik! -->  Cantik gadis itu!
b. Cantiknya gadis itu!
c. Alangkah cantiknya gadis itu!

D A F T A R    P U S T A K A
[1]. Bahasa Indonesia, Kalimat Dasar. BINDO FIX.doc. Link: https://docs.google.com/document/d/18Lv5yg0BsjiPL_XGVrOHEs-QN_UZwNnYTKA79SrXhI0/edit

[2]. Hasan Alwi dan Dendy Sugono, Telaah Bahasa dan Sastra, Penerbit: Yayasan ADIKARYA IKAPI dan THE FORD FOUNDATION Anggota IKAPI DKI Jakarta, Cet, Ke-I. Jakarta.

[3]. Widjono, HS. BAHASA INDONESIA: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Cetakan ke-2 Edisi Revisi. PT Grasindo: Jakarta

[4]. Kalimat, Kalimat. Link: http://suanansan.blogspot.com/2012/09/kalimat.html

[5]. Rahma. Kalimat Dasar Bahasa Indonesia. Link: http://rahmaekaputri.blogspot.com/2010/10/kalimat-dasar-bahasa-indonesia.html

Penulis : Unknown ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Tugas #5 - Kalimat Dasar ini dipublish oleh Unknown pada hari Selasa, 28 Oktober 2014. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Tugas #5 - Kalimat Dasar
 

0 komentar:

Posting Komentar